PR dan Citra Perusahaan PT. Pertamina

Setiap perusahaan tentu memiliki citra yang disadari atau tidak disadari atau tidak telah melekat pada perusahaan tersebut. Citra perusahaan merupakan salah satu bagian terpenting yang dimiliki oleh suatu perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Menurut Nguyen dan Le Blanc dalam Flavian et al. (2005), citra perusahaan merupakan hasil dari kumpulan proses dimana konsumen membandingkan berbagai atribut yang dimiliki oleh perusahaan. Atribut yang dimaksud misalnya produk, harga, kualitas produk dan kualitas layanan. Konsumen akan membuat persepsi yang subyektif mengenai perusahaan dan segala aktivitasnya seperti yang diungkapkan oleh Walters dan Paul dalam Chiu dan Hsu (2010). Persepsi tersebut akan berbeda-beda bagi setiap orang walaupun dihadapkan pada objek yang sama.
Dalam membahas meningkatkan citra sebuah perusahaan saya mengambil contoh studi kasus dari PT Pertamina. PT.Pertamina merupakan perusahaan pensuplai bahan bakar terbesar di Indonesia, sekitar tahun 2007 mereka mendapatkan sebuah ujian besar dalam mempertahankan eksistensinya di hadapan seluruh masyarakat Indonesia. Saat itu Pemerintah mengajak serta PT.Pertamina untuk mengadakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji 3 kg yang dimana banyak mendapatkan penolakan keras dari masyarakat. Tapi setelah memberikan berbagai sosialisasi kepada masyarakat akhirnya masyarakat bisa menerima. Akan tetapi PT.Pertamina yang berperan sebagai penyedia dan pengatur pemasaran gas elpiji 3 kg mendapatkan dampak dari kejadian buruk yang banyak terjadi di masyarakat.
 Masyarakat cenderung menyalahkan mereka atas kecelakaan akibat ledakan tabung gas elpiji 3 kg. Karena masyarakat tahu bahwa yang mengatur dan memasarkan gas elpiji adalah PT.Pertamina. Sehingga PT. Pertamina dianggap harus bertanggung jawab atas beberapa kecelakaan yang terjadi. Padahal beberapa kecelakaan yang terjadi adalah dikarenakan kelalaian pemakaian, proses perawatan dan kebocoran tabung gas yang diakibatkan oleh beberapa agen yang melakukan kecurangan-kecurangan seperti yang telah banyak diberitakan di media. Dari banyaknya korban ini tentu memberikan dampak yang cukup berat bagi PR PT. Pertamina (Persero). PR PT. Pertamina harus berusaha keras untuk dapat mempertahankan dan memulihkan lagi citra perusahaan yang mulai menurun di mata masyarakat.
Karena citra perusahaan sangatlah penting bagi perusahaan agar konsumen bisa menjadi pelanggan yang loyal. Dalam permasalahan tersebut peran PR sangatlah dibutuhkan apalagi saat terjadinya komunikasi krisis seorang PR akan menyampaikan pesan kepada publik melalui Press releas, Press kits,  Konferensi pers, dan Newsletter yang diharapkan masyarakat dapat menerimanya. Dalam masa krisis seorang PR juga melakukan beberapa tindakan seperti pendalaman data dan fakta, menyiapkan paket informasi, membuat batasan isu dan dampaknya, Menunjuk Unofficial Spoke Persons dan Posisikan citra perusahaan dimata publik. PR PT. Pertamina juga melakukan pendekatan melalui pendekatan manajerial seperti contohnya mencari penyebab kejadian, memberikan bantuan terhadap korban, melakukan tindakan evaluasi, melakukan upaya pencegahan kasus agar tidak terjadi lagi dan juga  melakukan Quality Control setiap harinya dengan melakukan pengecekan terhadap tabung elpiji, mulai dari proses kelayakan pakai tabung gas, perlengkapan dan aksesoris tabung hingga proses pendistribusian ke agen-agen.
Dari studi kasus PT. Pertamina diatas citra atau image menurut Frank Jefkins yang dibentuk dari PT. Pertamina adalah sebagai berikut:
1. Mirror Image : Citra yang dimau perusahaan dan ingin masyarakat juga mempunyai perepsi yang sama. PT. Pertamina ingin masyarakat memandang bahwa mereka mengadakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji 3 kg kepada masyarakat untuk menghemat pengeluaran anggaran publik dan sekaligus mengurangi tingkat polusi
2. Current Image: Citra yang menjadi tanggapan atau pandangan masyarakat umum berdasarkan pengalaman. Dalam studi kasus diatas current image yang terbentuk dimasyarakat bahwa program konversi minyak tanah ke gas elpiji 3 kg hanya membuat kerusakan seperti banyaknya gas 3 kg yang meledak dan memakan banyak korban dan pandangan itu diperoleh berdasarkan pengalaman di lapangan oleh masyarakat.
3. Multiple image: Dimana image atau citra yang dimiliki oleh perusahaan itu bermacam-macam. Bagi masyarakat yang sudah mendapatkan sosialisasi atau mendapat CSR dari PT pertamina maka mereka akan menganggap bahwa PT pertamina itu adalah perusahaan yang menguntungkan dan melakukan program itu agar mengurangi tingkat polusi. Tapi bagi masyarakat yang hanya sekedar mengetahui lewat sosmed atau dari mulut ke mulut tentang banyaknya ledakan yang terjadi maka mereka akan menganggap bahwa program PT. Pertamina hanya menguntungkan pihak perusahaan dan merugikan pihak konsumen.
4. Corporate image: Image berasal dari nama baik, daya saing dan kinerja suatu perusahaan. Image yang terbentuk bagi masyarakat dimana PT Pertamina bekerja sama dengan Gas Domestik memberikan asuransi tali asih kepada korban yang membentuk citra baik perusahaan itu sendiri. Kinerja dari PT. Pertamina juga tidak diragukan lagi, PR dr perusahaan PT Pertamina dengan berbagai cara untuk mengembalikan nama baik perusahaan dengan adanya asuransi, quality control dan berbagai sosialisasi-sosialisasi yang diberikan dimana perusahaan ingin mendapatkan citra baik dimasyarakat.
5. Wish Image: Citra yang diharapkan dari masyarakat dan perusahaan. PT Pertamina dengan dibantu PRnya mengharapkan citra yang baik untuk perusahaanya, dengan berbagai kegiatan baik sosialisasi maupun CSR yang diberikan perusahaan kepada masyarakat untuk membantu mesyarakat itu sendiri dan begitupula dengan masyarakat yang berharap dengan adanya perusahaan tersebut maka masyarkat khususnya disekitar perusahaan akan ikut terbantu.
Pembentukan citra yang positif bagi perusahaan merupakan hal yang mendasar bagi PR perusahaan. Jefkins merumuskan tentang “ The Public Relation Transfer Proses” yang merupakan proses dari publik relation untuk mentransfer hal-hal negatif ke positif. Dari PT Pertamina kita dapat mengambil contoh Seperti yang awalnya terjadi permusuhan oleh masyarakat karena masyarakat menganggap bahwa konversi dari minyak tanah ke gas elpiji banyak menimbulkan keresahan tapi setelah adanya sosialisasi bagaimana penggunaan gas elpiji 3 kg dengan baik dan benar dan    . Yang awalnya merugikanpun karna adanya asuransi maka merubah sikap masyarakat menjadi menerima perusahaan itu kembali.
Yang awalnya masa bodoh dengan apa yang diprogramkan perusahaan dan pemerintah bahwa program itu bertujuan untuk mengurangi polusi serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan anggaran pemerintah melalui sosialisasi maka masyarakat seiring berjalannya waktu pun juga tertarik. Dan dengan itu juga mengubah citra atau image masyarakat melalui sosialisasi yang dilakukan oleh kader kader tiap kelurahan membuat masyarakat tau apa fungsi dari program yang dicanangkan pemerintah kepada masyarakatnya. Dalam hal ini juga secara tidak langsung mengubah esensi masyarakat dalam merubah opini, sikap dan perilaku masyarakat. Contohnya saja masyarakat sekarang sudah banyak yang menggunakan gas elpiji dari pada minyak tanah. Dengan berbagai sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat tentang manfaat mengkonversi minyak tanah ke gas elpiji 3 kg maka masyarakat sudah banyak memahami bahwa program yang dilakukan pemerintah melalui PT. Pertamina tidak hanya menguntungkan pihak perusahaan tetapi juga untuk kemajuan masyarakat itu sendiri seperti mengurangi kerawanan penyalahgunaan minyak tanah, mengurangi polusi, menghemat waktu memasak, mengalokasikan minyak tanah kedalam bahan bakar yang lebih komersil dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
  Citra sebuah perusahaan tentunya bergantung pada kondisi dimana perusahaan itu berada. Mengacu pada pola pertumbuhan perusahaan yang dibuat oleh Boston Consulting Group penjabaran citra yang harus dibentuk sebagai berikut:
1. Question Marks
Perusahaan baru saja berdiri sehingga pertumbuhan produktivitasnya tinggi tetapi pangsa pasar masih rendah.
Citra dibentuk untuk memberikan edukasi kepada publik mengenai visi perusahaan serta manfaatnya bagi publik.
2. Stars
Perusahaan mulai mengalami pertumbuhan pasar yang baik. Citra dikembangkan untuk memberikan pemahaman kepada publik bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab publik yang kuat.
3. Cash Cow
Kejenuhan. Perusahaan masih memiliki market share yang tinggi tetapi pertumbuhan pasar yang dikuasai sudah sulit untuk dikembangkan.
4. Dog
Perusahaan berada di posisi terendah. Citra harus mampu mengawal manajemen
dalam melakukan revitalisasi usaha.
  Dalam pembentukan citra PT. Pertamina dimana perusahaan berusaha mengembalikan citra positif kepada masyarakat oleh PT. Pertamina dengan beberapa program-program yang sudah dicanangkan oleh perusahaan. Selain meningkatkan citra yang baik dari perusahaan, perusahaan juga ingin meningkatkan citra atau goodwill yang baik didalam masyarakat dengan berbagai tindakan yang cekatan dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi dan juga berbagai CSR dan PKBL ( Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) yang sudah dilaksanakan.

 Sumber:  
http://digilib.uin-suka.ac.id/3695/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

Komentar

Postingan Populer